Selasa, 04 Januari 2011

sukses itu milik orang yang mampu memanfaatkan peluang

 
Kondisi perekonomian bangsa yang kian memburuk, sering terdengar PHK di sana-sini, menciptakan pengangguran baru, harga-harga kebutuhan pokok yang terus naik, ditambah lagi biaya pendidikan yang melonjak secara bertahap dan pasti, semakin membebani kita sebagai warga negara. Melihat kondisi seperti itu, mungkin hati kita akan merasa sakit dan sulit untuk membangkitkan gairah hidup.

Sementara itu, pendapatan kita cenderung tetap. Toh, kalaupun naik tidak begitu besar dan membantu mengurangi beban kehidupan. Ibarat sebuah neraca, akan berat sebelah dan yang berat itu adalah kebutuhan kita. Dari perumpamaan neraca itu saja, sudah terlihat jelas bahwa kita semua butuh solusi untuk bisa mencukupi kebutuhan tadi.

Sebuah solusi ditawarkan kepada kita semua melalui sebuah Bisnis/Usaha. Dalam berbisnis/berusaha, ada beberapa hal penting yang harus dipikirkan secara mutlak!. Hal yang pertama dan pasti ialah MODAL, sudah pasti yang namanya bisnis/usaha membutuhkan yang namanya MODAL! Akan tetapi, ada yang lebih penting dari pada modal itu sendiri, yakni PASAR. Sejauh mana pasar kita dibutuhkan masyarakat luas? Dalam jangka waktu yang lama, apakah pasar kita masih dibutuhkan? Bagaimana prospek kedepannya?.

Di Bisnis/Usaha ini, PASAR kita adalah PULSA. Jelas sekali bahwa masyarakat kita membutuhkan PULSA, secara analogi saja, keluarga dan kerabat dekat kita banyak yang memiliki ponsel/HP. Secara otomatis mereka membutuhkan PULSA, bukan? Ditambah lagi HP sudah bukan merupakan barang mewah lagi, bahkan hampir menjadi kebutuhan sehari-hari. Dari statment itu saja, sudah jelas sekali PASAR kita memiliki prospek kedepan yang sangan bagus.

Selain kedua hal di atas, kita juga harus memikirkan RESIKO dari usaha kita.

Duta Network hadir dengan sistem usaha yang fair dan mudah diakses selama 24 jam nonstop. Program dari PT Duta Manunggal Abadi (DMA) yang berdiri sejak tanggal 19 Januari 2006, dan mengusung slogan “Duta Terpercaya Membangun Usaha” ini telah terbukti menciptakan pebisnis/pengusaha dan menjadi jutawan dalam waktu yang singkat.

Dengan sistem presentasi, support sistem Duta University, PT.DMA terus melangkah dengan pasti untuk membimbing dan mengarahkan para pebisnisnya dalam menjalankan usaha.

Alhamdulillah, saya diberi informasi peluang usaha dari Duta Network. Saya langsung putuskan untuk mengambil peluangnya setelah dipresentasi rekan saya. Setelah saya jalani beberapa hari saja, hasilnya sangat DAHSYAT dan SPEKTAKULER, diluar dugaan saya. Saya bukan memberi janji bagi Anda semua tapi mengajak Anda semua untuk meraih sukses bersama kami melalui usaha Duta Network.

Mengingat penjelasan, rincian, cara kerja dan sistemnya harus menggunakan presentasi secara tertulis dan langsung, maka saya tidak mungkin menjelaskan disini.

Bagi Anda yang mengerti akan makna PELUANG, mengingat kondisi perekonomian yang sulit, Pasar kita yang mudah dijangkau, Anda dapat segera menghubungi saya di nomor +6285292685039 a.n Agus istiqlal atau datang langsung ke tempat saya di jl tentara pelajar timur pom bensin kledung purworejo

Jika Bisnis/Usaha ini tidak memiliki prospek yang bagus dan Anda sendiri tidak berniat untuk merubah hidup Anda, Anda tidak perlu memikirkanya dan tidak perlu berkerjasama dengan saya.

Kesuksesan adalah hak setiap manusia, untuk meraih kesuksesan butuh keberanian dan keyakinan yang kuat.

Jika setelah saya presentasi, Anda menilai informasi yang saya beberkan kurang bermanfaat, kurang memiliki peluang, Anda dapat memaki-maki saya sampai puas. Dengan catatan, Anda harus memperhatikan seluruh presentasi saya!

Ehh…hampir lupa, siapkan MODAL sekecil Rp 1,295 juta sebagai licenci Usaha/Bisnis Anda bersama kami. Uang segitu sangatlah kecil untuk memulai sebuah usaha yang memiliki potensi sebesar Duta Network.

PENGEMIS TERKAYA DI INDONESIA

Bos Pengemis Tinggal Nikmati Hidup
Cak To, begitu dia biasa dipanggil. Besar di keluarga pengemis, berkarir sebagai pengemis, dan sekarang jadi bos puluhan pengemis di Surabaya. Dari jalur minta-minta itu, dia sekarang punya dua sepeda motor, sebuah mobil gagah, dan empat rumah. Berikut kisah hidupnya.
Cak To tak mau nama aslinya dipublikasikan. Dia juga tak mau wajahnya terlihat ketika difoto untuk harian ini. Tapi, Cak To mau bercerita cukup banyak tentang hidup dan ”karir”-nya. Dari anak pasangan pengemis yang ikut mengemis, hingga sekarang menjadi bos bagi sekitar 54 pengemis di Surabaya.
Setelah puluhan tahun mengemis, Cak To sekarang memang bisa lebih menikmati hidup. Sejak 2000, dia tak perlu lagi meminta-minta di jalanan atau perumahan. Cukup mengelola 54 anak buahnya, uang mengalir teratur ke kantong.
Sekarang, setiap hari, dia mengaku mendapatkan pemasukan bersih Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu. Berarti, dalam sebulan, dia punya pendapatan Rp 6 juta hingga Rp 9 juta.
Cak To sekarang juga sudah punya rumah di kawasan Surabaya Barat, yang didirikan di atas tanah seluas 400 meter persegi. Di kampung halamannya di Madura, Cak To sudah membangun dua rumah lagi. Satu untuk dirinya, satu lagi untuk emak dan bapaknya yang sudah renta. Selain itu, ada satu lagi rumah yang dia bangun di Kota Semarang.
Untuk ke mana-mana, Cak To memiliki dua sepeda motor Honda Supra Fit dan sebuah mobil Honda CR-V kinclong keluaran 2004.
***
Tidak mudah menemui seorang bos pengemis. Ketika menemui wartawan harian ini di tempat yang sudah dijanjikan, Cak To datang menggunakan mobil Honda CR-V-nya yang berwarna biru metalik.
Meski punya mobil yang kinclong, penampilan Cak To memang tidak terlihat seperti ”orang mampu”. Badannya kurus, kulitnya hitam, dengan rambut berombak dan terkesan awut-awutan. Dari gaya bicara, orang juga akan menebak bahwa pria kelahiran 1960 itu tak mengenyam pendidikan cukup. Cak To memang tak pernah menamatkan sekolah dasar.
Dengan bahasa Madura yang sesekali dicampur bahasa Indonesia, pria beranak dua itu mengaku sadar bahwa profesinya akan selalu dicibir orang. Namun, pria asal Bangkalan tersebut tidak peduli. ”Yang penting halal,” ujarnya mantap.
Cak To bercerita, hampir seluruh hidupnya dia jalani sebagai pengemis. Sulung di antara empat bersaudara itu menjalani dunia tersebut sejak sebelum usia sepuluh tahun. Menurtu dia, tidak lama setelah peristiwa pemberontakan G-30-S/PKI.
Maklum, emak dan bapaknya dulu pengemis di Bangkalan. ”Dulu awalnya saya diajak Emak untuk meminta-minta di perempatan,” ungkapnya.
Karena mengemis di Bangkalan kurang ”menjanjikan”, awal 1970-an, Cak To diajak orang tua pindah ke Surabaya. Adik-adiknya tidak ikut, dititipkan di rumah nenek di sebuah desa di sekitar Bangkalan. Tempat tinggal mereka yang pertama adalah di emprean sebuah toko di kawasan Jembatan Merah.
Bertahun-tahun lamanya mereka menjadi pengemis di Surabaya. Ketika remaja, ”bakat” Cak To untuk menjadi bos pengemis mulai terlihat.
Waktu itu, uang yang mereka dapatkan dari meminta-minta sering dirampas preman. Bapak Cak To mulai sakit-sakitan, tak kuasa membela keluarga. Sebagai anak tertua, Cak To-lah yang melawan. ”Saya sering berkelahi untuk mempertahankan uang,” ungkapnya bangga.
Meski berperawakan kurus dan hanya bertinggi badan 155 cm, Cak To berani melawan siapa pun. Dia bahkan tak segan menyerang musuhnya menggunakan pisau jika uangnya dirampas. Karena keberaniannya itulah, pria berambut ikal tersebut lantas disegani di kalangan pengemis. ”Wis tak nampek. Mon la nyalla sebet (Kalau dia bikin gara-gara, langsung saya sabet, Red),” tegasnya.
Selain harus menghadapi preman, pengalaman tidak menyenangkan terjadi ketika dia atau keluarga lain terkena razia petugas Satpol PP. ”Kami berpencar kalau mengemis,” jelasnya.
Kalau ada keluarga yang terkena razia, mau tidak mau mereka harus mengeluarkan uang hingga ratusan ribu untuk membebaskan.
***
Cak To tergolong pengemis yang mau belajar. Bertahun-tahun mengemis, berbagai ”ilmu” dia dapatkan untuk terus meningkatkan penghasilan. Mulai cara berdandan, cara berbicara, cara menghadapi aparat, dan sebagainya.
Makin lama, Cak To menjadi makin senior, hingga menjadi mentor bagi pengemis yang lain. Penghasilannya pun terus meningkat. Pada pertengahan 1990, penghasilan Cak To sudah mencapai Rp 30 ribu sampai Rp 50 ribu per hari. ”Pokoknya sudah enak,” katanya.
Dengan penghasilan yang terus meningkat, Cak To mampu membeli sebuah rumah sederhana di kampungnya. Saat pulang kampung, dia sering membelikan oleh-oleh cukup mewah. ”Saya pernah beli oleh-oleh sebuah tape recorder dan TV 14 inci,” kenangnya.
Saat itulah, Cak To mulai meniti langkah menjadi seorang bos pengemis. Dia mulai mengumpulkan anak buah.
Cerita tentang ”keberhasilan” Cak To menyebar cepat di kampungnya. Empat teman seumuran mengikutinya ke Surabaya. ”Kasihan, panen mereka gagal. Yasudah, saya ajak saja,” ujarnya enteng.
Sebelum ke Surabaya, Cak To mengajari mereka cara menjadi pengemis yang baik. Pelajaran itu terus dia lanjutkan ketika mereka tinggal di rumah kontrakan di kawasan Surabaya Barat. ”Kali pertama, teman-teman mengaku malu. Tapi, saya meyakinkan bahwa dengan pekerjaan ini, mereka bisa membantu saudara di kampung,” tegasnya.
Karena sudah mengemis sebagai kelompok, mereka pun bagi-bagi wilayah kerja. Ada yang ke perumahan di kawasan Surabaya Selatan, ada yang ke Surabaya Timur.
Agar tidak mencolok, ketika berangkat, mereka berpakaian rapi. Ketika sampai di ”pos khusus”, Cak To dan empat rekannya itu lantas mengganti penampilan. Tampil compang-camping untuk menarik iba dan uang recehan.
Hanya setahun mengemis, kehidupan empat rekan tersebut menunjukkan perbaikan. Mereka tak lagi menumpang di rumah Cak To. Sudah punya kontrakan sendiri-sendiri.
Pada 1996 itu pula, pada usia ke-36, Cak To mengakhiri masa lajang. Dia menyunting seorang gadis di kampungnya. Sejak menikah, kehidupan Cak To terus menunjukkan peningkatan…
***
Setiap tahun, jumlah anak buah Cak To terus bertambah. Semakin banyak anak buah, semakin banyak pula setoran yang mereka berikan kepada Cak To. Makanya, sejak 2000, dia sudah tidak mengemis setiap hari.
Sebenarnya, Cak To tak mau mengungkapkan jumlah setoran yang dia dapatkan setiap hari. Setelah didesak, dia akhirnya mau buka mulut. Yaitu, Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu per hari, yang berarti Rp 6 juta hingga Rp 9 juta per bulan.
Menurut Cak To, dia tidak memasang target untuk anak buahnya. Dia hanya minta setoran sukarela. Ada yang setor setiap hari, seminggu sekali, atau sebulan sekali. ”Ya alhamdulillah, anak buah saya masih loyal kepada saya,” ucapnya.
Dari penghasilannya itu, Cak To bahkan mampu memberikan sebagian nafkah kepada masjid dan musala di mana dia singgah. Dia juga tercatat sebagai donatur tetap di sebuah masjid di Gresik. ”Amal itu kan ibadah. Mumpung kita masih hidup, banyaklah beramal,” katanya.
Sekarang, dengan hidup yang sudah tergolong enak itu, Cak To mengaku tinggal mengejar satu hal saja. ”Saya ingin naik haji,” ungkapnya. Bila segalanya lancar, Cak To akan mewujudkan itu pada 2010 nanti…

Langganan Artikel

Change Language

Asynchronous code , is the best solution for speed because the counter code will be loaded into a separate thread by visitors, is based on HTML 4.0 standard, will not slow down your website even if loaded at the top of the page (suggested for this code). If the counter is visible, it will load the counter code inside the div id->"histats_counter" provided with the code.

Special Keywords

Perjalanan Ini Memang Sungguh Melelahkan,Entah Sampai Kapan Perjalanan Ini akan Usai... i hope i'll found my heart
Iklan Gratis - Iklanhouse.com Web Iklan Baris Gratis Online

Random Posts

Recent Comments

    TV Streaming Indonesia

     
    Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hostgator Discount Code